Monday, July 7, 2014

LAPORAN PKP IPS TERLENGKAP



BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
Berdasarkan hasil penelitian, pelajaran IPS banyak di jumpai adanya prestasi belajar siswa belum sesuai dengan yang di harapkan yaitu mencapai hasil yang maksimal karena guru hanya menggunakan metode yang biasa-biasa saja sehingga siswa merasa bosan sehinga peran guru lebih dominan dan siswa kurang aktif. Maka harus ada perubahan. Contohnya dengan pembelajaran aktif artinya siswa dalam pelajaran IPS dalam materi peta dan globe siswa disuruh menggambar peta sendiri dan langsung megamati globe sehingga anak bisa membayangkan bentuk-bentuk yang sebenarnya sehingga bisa diterapkan dikelas IV SDN 1 Ngadirojo dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas perlu diadakannya keaktifan siswa untuk bisa mencapai tujuan yang di inginkan untuk itu harus aoa cara untuk mengatasi masalah yang ada di kelas IV SDN 1 Ngadirojo Mata pelajaran IPS materi peta dan globe sehingga hasilnya lebih baik dari sebelumnya, dan pelajaran IPS  akan menjadi pelajaran yang sangat menyenangkan serta mengasikan bagi siswa karenanya dengan membuat peta dan mengamati globe sendiri akan merasa bangga dan puas dan malah menjadi pelajaran yang menyenangkan dan mengasyikan
1.          Identifikasi Masalah
Pada pelajaran IPS dalam ulangan ditemukan banyak sekali soal mengenai letak wilayah yang di tunjukan dengan peta banyak sekali, yang salah dan masih banyak juga siswa yang hasil ulangannya belum sesuai dengan yang diharapkan yaitu dengan hasil kurang. Hanya sedikit siswa yang bisa menjawab pertanyaan mengenai batas wilayah di peta dan globe. . Ini berarti dari hal tersebut dapat dinyatakan bahwa hasil pembelajaran IPS mengenai peta dan globe belum sesuai dengan yang diiginkan.Berdasarkan hal tersebut peneliti mengidentifikasi permasalahan yang dialami oleh siswa. Dari beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran yaitu :
a.       Hanya sebagian siswa dapat menjawab soal dari guru
b.      Tingkat pemahan siswa terhadap penjelasan tentang peta dan globe  guru kurang
c.       Prestasi hasil belajar kurang
d.      Siswa kurang aktif cenderung bingung karena tidak bisa melihat gambar peta dan globe sendiri
2.          Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka dapat dianalisis yang menjadi akar dari permasalahan yaitu siswa kurang aktif, hal ini terjadi karena siswa cenderung bingung dengan media yang digunakan guru dalam mengajar. Biasanya guru hanya menunjukan batas wilayah di peta yang ada di buku saja sehingga siswa belum mengerti benar maka dari itu kita harus bisa merubah media pembelajaran agar siswa mampu menerima materi pembelajaran yang kita ajarkan. Mungkin dengan media gambar peta dan globe  pembelajaran bisa aktif dan menyenangkan.
A.        Rumusan Masalah
Dari beberapa identifikasi masalah yang telah dipaparkan pada latar belakang, akhirnya dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
“Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar siswa melalui media gambar peta dan globe pada mata pelajaran IPS kelas IV SDN 1 Ngadirojo Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo?
B.         Tujuan 
Berdasarkan pada rumusan tersebut, maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk :
Mengetahui cara meningkatkan hasil belajar siswa melalui media gambar peta dan globe pada mata pelajaran IPS kelas IV SDN 1 Ngadirojo Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo
C.        Manfaat
Dari hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.          Bagi Guru
a.       Membantu guru memperbaiki materinya
b.      Membantu guru dalam mengembangkan profesionalismenya
c.       Meningkatkan rasa percaya diri
d.  Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki ke arah yang lebih baik.
1.          Bagi Siswa
Untuk meningkatkan proses belajar siswa disamping guru melaksanakan PKP dapat menjadi model bagi siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil belajarnya.
2.          Bagi Sekolah
Membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan / kemajuan pada diri guru dan pendidik di sekolah tersebut.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran terdirl dari dua kata, yaitu media dan pembelajaran. Sebelum membahas secara mendalam tentang media pembelajaran, maka penulis akan memperjelas arti media dan pembelajaran. Media merupakan alat bantu untuk mencapai tujuan, sedangkan pembelajaran adalah usaha yang dilakuk-an dalam rangka member] kemudahan bags siswa dalam, proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Dalam usaha memperjelas pengertian media pembelajaran, penulis menggambarkan dari berbagai pendapat  yaitu:
          1. Robert M. Gagne dalam bukunya The Condition of Teaching (1970) media
pembelajaran untuk menunjukkan laporan belajar yang dapat merangsang siswa sehingga terjadi proses belajar, im berarti guru, obyek, macam-macam alat (buku-televisi).
        2. Menurut Drs. H.M. Anshan, media pembelajaran adalah bahan-bahan apa saja yang dapat dimanfaatkan untuk membantu guru maupun siswa dalam, upaya mencapai tujuan.
3. Menurut Drs. Djenen Bale, media pembelajaran adalah sarana untuk mcinbert pengertian dengan jelas dan mencegah verbalisms
4. Menurut Drs. DN. Adji Robinson, media pembelajaran adalah sarana yang membantu belajar terutama melalui pendengaran dan penglihatan dalam proses belajar mengaja
5. Menurut Drs. Oemar Hamalik dalam bukunya Media Pendidikan (1980), media pembelajaran -  adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lehih i-nengefektlikan komunikasi dan interaksi antara guru clan siswa dalam proses pendidikan don pengajaran di sekolah
6. Menurut Dr. Engkoswara, media pembelajaran adalah alat bantu atau alat pelengkap yang digunakan oleh guru dalam berkomunikasi dengan siswa Berdasarkan pendapat para All pendidikan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu pembelajaran yang diper,,unakan guru dan membantu siswa dalam mencapai tujuan pengajaran.

B. Penanaman Konsep Peta di SD
Pada penanaman konsep tentang peta, siswa menggunakan konsep yang sudah dimiliki yaitu tentang mata angin, karena dalam menggambarkan peta batas wilayah, masing - masing siswa harus mengetahui di arah sebelah mana letak batas wilayah indonesia.
Pada tahap awal penanaman konsep peta di kelas IV dapat dilakukan yaitu melalui tahapan:
1.        Guru menggunakan contoh dengan alat peraga berupa gambar peta
2.        Guru memberi contoh gambar peta
3.    Guru menugaskan siswa menggambar peta wilayah Penanaman Konsep Peta dikelas tinggi dapat dilakukan dengan:
a.      Guru menyiapkan gambar peta yang sudah dipetak-petak.
b.      penggunaan Globe
Oleh karena globe itu bentuknya terlampau kecil, maka ia tidak dapat memberikan keterangan secara terperinci tentang keadaan bumi ini. Karena itu pula kita dapat sekaligus melihat seluruh dunia melalui globe ini. Kelemahan ini dapat diatasi oleh penggunaan peta. Oleh sebab itu kedua jenis alas ini harus diterapkan.

C. Metodologi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Metodologi pembelajaran bermacam ragam. Metode yang dipilih guru tergantung pada pengalaman dan keahliannya, serta tujuan yang hendak dicapainya apakah    pengertian, keterampilan, atau nilai dan sikap. Jadi guru yang baik adalah guru yang sanggup memilih metode yang sesuai dengan kebutuhan murid, tujuan dan bahan pelajaran, Beserta kepribadiannya.
Guru akan senantiasa menilai dirinya berdasarkan hasil yang dicapai oleh murid-murid dan akan selalu berusaha memperbaiki dirinya dalam menggunakan metode mengajar tertentu. la juga harus bersedia mencoba teknik-teknik baru dengan kesadaran bahwa tidak ada satu metode tertentu yang sesuai dengan semua bahan, semua murid atau semua pengajar. Jadi dalam tiap pelajaran guru harus menggunakan berbagai metode. Karena itu guru harus – menguasai segala macam metode mengajar dan dapat menggunakannya secara efektif seperti: metode ceramah,diskusi, kelompok, demonstrasi,  dan pemecahan masalah.
Selanjutnya, metode apapun yang digunakan tiap pelajaran harus dipersiapkan dan direncanakan. Ada rencana jangka panjang, jangka pendek,dan untuk satu hari. Dalam perencanaan pelajaran ada guru yang sejauh
mungkin mengikutsertakan murid, tetapi sebelum murid diikutsertakan, guru
lebih dahulu mengadakan rencana sendiri, sehingga diskusi dengan murid
tujuan dapat terjamin, dan bahan pelajaran sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
Mengajar baik berarti mengaktifkan murid dengan berbagai kegiatan ini telah diuraikan dalam bab yang lalu. Juga kegiatan-kegiatan harus
anakan lebih dahulu. Menurut pendapat ahli-ahli pendidikan modern, cara mengajar yang membuka kemungkinan yang paling
luasuntuk melaksanakan aneka ragam pengajaran serta kegiatan pads pihak murid adalah pengajaran unit (unit khususnya untuk sekolah dasar).

D. Kelemahan Media Gambar Peta dan Globe 
Kelemahan media gambar peta dapat dijabarkan sebagai berikut :  
a. Banyak memakan waktu karena manggabar itu perlu waktu yang agak lama 
b. Sulit memberikan tugas rumah karena menggambar peta perlu menggunakan skala yang tepat.
c. Tugas menggambar biasanya agak sulit sehingga peserta didik tidak mau mengerjakan tugas di rumah.
d. Tugas peta yang agak rumit membuat beban dan keluhan peserta didik
 e. Tugas menggambar biasanya dikerjakan oleh orang tua
Langkah-langkah penggunaan media gambar dapat dijabarkan sebagai berikut :
a.     Guru menggambar peta Jawa Timur beserta batas wilayahnya
b.  Guru meminta suatu respon  dari siswa untuk menunjukan batas wilayah Provinsi Jawa Timur dan selanjutnya para siswa menggambar peta Provinsi Jawa Timur di buku masing-masing
c.   Guru juga menunjukan letak Provinsi Jawa Timur pada globe
d.  Guru mengawasi dan membimbing siswa
Keempat kegiatan yang dikemukakan di atas merupakan mata rantai yang  tak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Empat kegiatan tersebut juga prosedur pemakaian media pembelajaran pada saat dilaksanakan di kelas.
Langkah-langkah umum yang dapat diikuti dalam penggunaan media pembelajaran peta dan globe  adalah sebagai berikut :
1.          Persiapan pemakaian media gambar  peta dan globe, antara lainmencakup :
a.       Membuat rancangan gambar peta yang mudah di pahami oleh siswa
b.      Menyebutkan macam-macam batas wilayah,contohnya sungai,laut,selat dan lain sebagainya
c.       Membuat gambar peta buta jika perlu, dan
d.      Menyediakan sumber-sumber belajar yang diperlukan untuk menyediakan tugas
1.          Pelaksanaan pemakaian media gambar peta dan globe, mencakup :
a.       Menjelaskan tujuan dan manfaat tugas yang diberikan kepada siswa
b.      Memberikan penjelasan tentang tugas (terutama mengenai kesulitan yang mungkin dihadapi dan alternatif pemecahannya)
c.       Membantu membuatkan peta buta(jika di butuhkan)

BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A.        Lokasi dan Subyek Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di SDN I Ngadirojo Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo, yang terletak di sebelah timur kota ponorogo Dan lingkungan sekitar sekolah adalah berupa pemukiman penduduk.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 1 Ngadirojo Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV SDN 1 Ngadirojo Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo semester II tahun ajaran 2009/ 2010
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV SDN 1 Ngadirojo Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo dengan jadwal sebagai berikut :
1.          Siklus I tanggal 23 Maret 2010
2.          Siklus II tanggal 30 Maret 2010
B.         Prosedur Penelitian
1.          Siklus pertama
a.       Perencanaan
Pada tahap perecanaan siklus I diawali dengan refleksi dan analisis awal penulis, dibantu oleh teman sejawat terhadap hasil belajar siswa sebelum perbaikan, mengidentifikasi masalah, menganalisa masalah dan mencari alternatif pemecahan masalah.
Berdasarkan hasil tersebut, penuh dibantu teman sejawat melakukan hal-hal sebagai berikut :

(1) . Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I (terlampir).
(2)      .      Menyiapkan alat dan sumber belajar.
(3)  . Menyiapkan alat pengumpulan data yang akan penulis dan teman sejawat gunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang proses dan hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran yaitu lembar evaluasi akhir.
a.       Pelaksanaan
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan oleh penulis dibantu oleh teman sejawat sebagai pengamat sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran yang sudah disusun. Dimulai dari kegiatan awal, inti pelaksanaan dan kegiatan akhir dilanjutkan dengan evaluasi pembelajaran.
b.      Pengumpulan Data
Data dikumpulkan oleh penulis dibantu teman sejawat selama pelaksanaan siklus I data hasil evaluasi dikumpulkan dengan menggunakan tes akhir.
c.       Refleksi
Refleksi dilakukan oleh penulis dibantu teman sejawat pada setiap pertemuan / siklus perbaikan pembelajaran. Refleksi difokuskan pada keberhasilan, kendala dan dapat menggunakan media gambar peta dan globe  terhadap proses dan hasil perbaikan pembelajaran.

1.          Siklus kedua
a.       Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus I diawali dengan refleksi dan analisis awal penulis, dibantu oleh teman sejawat terhadap hasil belajar siswa sebelum perbaikan, mengidentifikasi masalah, mengidentifikasi masalah dan mencari alternatif pemecahan masalah.
Dari hasil tersebut, selanjutnya si penulis dibantu teman sejawat melakukan hal-hal seperti berikut :
(1)       Menyusun rencana perbaikan pembelajaran (terlampir) yang difokuskan pada penggunaan media gambar peta dan globe
(2)            Menyiapkan alat dan sumber belajar.
(3)     Menyiapkan alat pengumpulan data yang akan penulis dan teman sejawat gunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang proses dan hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Alat pengumpulan data yang direncanakan adalah : (1) melihat hasil gambaran peta peserta didik, (2) lember penilaian kerja siswa atau LKS, dan (3) lembar evaluasi
b.      Pelaksanaan
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan oleh penulis dibantu oleh teman sejawat sebagai pengamat sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran yang sudah disusun.
Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan dengan langkah-langkah berikut :
(1)       Kegiatan awal.
(2)       Siswa diminta menyebutkan macam-macam jenis batas wilayah
(3)       Siswa di dampingi guru mengambar peta dan juga mengamati globe
(4)       Setiap siswa menunjukan hasil gambaran peta pada gurunya.
(5)       Penilaian di lakukan langsung di kelas oleh guru.
c.      Pengumpulan Data
Data dikumpulkan oleh penulis dibantu teman sejawat selama pelaksanaan siklus II mencakup : (1) Data proses penilaian guru mengenai gambar peta yang di buat siswa serta dikumpulkan digunakan untuk pengamatan, (2) Data dari hasil penilain guru digunakan untuk evaluasi, (3) Tingkat penguasaan siswa terhadap materi dengan menggunakan tes akhir.
d.       Refleksi
Refleksi dilakukan oleh penulis dibantu teman sejawat untuk menganalisis dan menginterprestasikan hasil pengamatan baik tentang aktivitas peneliti maupun aktivitas siswa dalam pembelajaran. Hasil refleksi ini kemudian untuk dijadikan bahan kajian untuk melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada tindakan selanjutnya.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.        Hasil Penelitian
1.          Hasil Penelitian Siklus I
Dalam proses pembelajaran siklus I pembelajaran kurang maksimal dan belum mencapai kriteria keberhasilan perbaikan pembelajaran yang diharapkan. Kekurangan keberhasilan perbaikan tersebut tegambar dari : (1) Pemahaman letak wilayah pada gambar peta dan globe (2) Hasil penilaian akhir.
Dari pengamatan terhadap proses penilaian di kelas diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1
Hasil Pengamatan Peta dan Globe pada Siklus I



NO
Nama Siswa
Aspek yang dinilai
Ketelitian
Pengetahuan letak wilayahi
Hasil gambaran
1
ANDI SETIAWAN
kurang
cukup
kurang
2
ALI BAIDOWI
kurang
cukup
kurang
3
ALIA SACHI
kurang
kurang
kurang
4
RENI WAHANA
cukup
cukup
cukup
5
ARIP SUSANTO
cukup
kurang
kurang
6
ADHI PRATAMA
kurang
cukup
cukup
7
FITRIYANI
kurang
kurang
cukup
8
KHOIRUL UMAM
cukup
cukup
cukup
9
LAZIMUL ARIFIN
kurang
kurang
cukup
10
MARYANTI
cukup
cukup
cukup
11
NABILA  IZATI
kurang
cukup
kurang
12
ALI MAS'UD
cukup
kurang
cukup
13
NUR AHMAD KHOIRUL M.
kurang
kurang
kurang
14
ROHMAD ALIF SYAHFIAR
kurang
cukup
kurang


5 (36%)
7(50%)
7(50%)

Keterangan    :  kriteria keberhasilan proses pembelajaran peta dan globe adalah 75% siswa menunjukkan ketelitian dalam mengamati, penguasaan materi peta dan globe serta kemampuan merespon / menanggapi / menjawab pertanyaan.


Hasil pengamatan di atas menggambarkan bahwa tingkat ketelitian siswa, penguasaan materi peta dan globe dan menjawab pertanyaan dalm proses pembelajaran kelas masih jauh dari kriteria yang diharapkan (75%). Dari ketiga aspek yangdiamati, keaktifan siswa dalam diskusi hanya 36%, keberanian menjawab pertanyaan dalam proses pembelajarn peta dan globe aspek tertinggi hanya (30%). Hal ini berkaitan erat dengan penguasaan siswa terhadap materi juga masih rendah (30%).
Selanjutya dari penilaian terhadap hasil penyelesaian tugas diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 2
Hasil Tes Akhir Siklus I

NO
Nama Siswa
Skor Nilai Per Butir Soal
Jumlah
1
2
3
4
5
1.
ANDI SETIAWAN
15
5
5
15
15
55
2.
ALI BAIDOWI
15
15
5
15
10
60
3.
ALIA SACHI
10
10
10
15
15
60
4.
RENI WAHANA
15
10
20
5
15
65
5.
ARIP SUSANTO
10
15
5
10
10
50
6.
ADHI PRATAMA
5
20
15
15
20
75
7.
FITRIYANI
10
15
15
5
15
60
8.
KHOIRUL UMAM
15
5
10
15
15
60
9.
LAZIMUL ARIFIN
5
10
15
20
5
55
10.
MARYANTI
20
5
15
15
15
70
11.
NABILA  IZATI
15
15
20
20
5
75
12.
ALI MAS'UD
5
20
10
15
15
65
13.
NUR AHMAD KHOIRUL M.
15
5
10
10
10
50
14.
ROHMAD ALIF SYAHFIAR
5
10
10
15
10
50
JUMLAH

850
RATA-RATA
60,71
  
SKM                                   : 6,5
Jumlah siswa tuntas            : 5
Rata-rata kelas                    : 850/14 = 60,71
Prosentase ketuntasan         : 35,71%

Nilai tes akhir pada tabel di atas menggambarkan bahwa hasil siklus I masih belum mencapai kriteria ketuntasan belajar yang diharapkan. Dari 14 siwa baru 5 siswa atau 35,71% yang mencapai prosentase dan batas minimal ketuntasan.
Dari hasil analisis dan refleksi penulis dan teman sejawat terhadap proses dan siklus I, berhasil diidentifikasi sejumlah faktor masih menjadi penyebab belum tercapainya kriteria ketuntasan yang  diharapkan.

Faktor-faktor tersebut adalah :
a.           Tidak ada penjelasan dari guru tentang tugas. Menggambar peta
b.          Guru tidak membimbing siswa ketika pembelajaran peta dan globe 
c.           Guru kurang memberi kesempatan siswa untuk berkreasi tentang mrngambar peta
Ketiga faktor yang menjadi kendala dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa hingga mencapai ketuntasan yang diharapkan, penulis dan teman sejawat memandang perlu dilakukan perubahan dan perbaikan pada siklus II yaitu : Memberi penjelasan sebelum menggambar mengenai ukuran gambar peta dengan skal dan membimbing siswa dalam mengerjakan LKS serta mengadakan tanya jawab untuk memeriksa pemahaman siswa.

1.          Hasil Penelitian Siklus II
Setelah dilakukan perubahan dan perbaikan terhadap kedua aspek yang sudah penulis kemukakan di atas, proses pembelajaran siklus kedua sudah mengalami peningkatan dibanding siklus I dan secara keseluruhan sudah mencapai target minimal ketuntasan belajar yang diharapkan.
Terjadinya peningkatan dan pencapaian target minimal ketuntasan belajar yang diharapkan tergambar dari : (1) Pengamatan proses pembelajaran peta dan globe (2) Hasil penilaian akhir.
Dari pengamatan terhadap proses pembelajaran kelas pada siklus II diperoleh hasil sebagai berikut :


Tabel 3
Hasil Pengamatan Peta dan Globe pada Siklus II

NO
Nama Siswa
Aspek yang dinilai
Ketelitian
Pengetahuan letak wilayahi
Hasil gambaran
1
ANDI SETIAWAN
cukup
kurang
cukup
2
ALI BAIDOWI
cukup
cukup
kurang
3
ALIA SACHI
kurang
cukup
kurang
4
RENI WAHANA
cukup
cukup
cukup
5
ARIP SUSANTO
cukup
cukup
cukup
6
ADHI PRATAMA
cukup
cukup
cukup
7
FITRIYANI
cukup
cukup
cukup
8
KHOIRUL UMAM
cukup
cukup
cukup
9
LAZIMUL ARIFIN
cukup
kurang
cukup
10
MARYANTI
cukup
cukup
cukup
11
NABILA  IZATI
cukup
 cukup
cukup
12
ALI MAS'UD
cukup
cukup
cukup
13
NUR AHMAD KHOIRUL M.
kurang
cukup
cukup
14
ROHMAD ALIF SYAHFIAR
kurang
cukup
kurang


12 (86%)
11(79%)
11(79%)


Keterangan    :  kriteria keberhasilan proses pembelajaran peta dan globe adalah 75% siswa menunjukkan ketelitian dalam mengamati, penguasaan materi peta dan globe serta kemampuan merespon / menanggapi / menjawab pertanyaan.
 

Hasil pengamatan proses pembelajaran dikelas siklus II di atas menggambarkan bahwa tingkat keaktifan, penguasaan materi peta dan globe serta menjawab pertanyaan dalam proses pembelajaran di kelas banyak terjadi peningkatan.
                      Prosentase keaktifan siswa meningkat dari 36% menjadi 86%, prosentase penguasaan materi dan menjawab pertanyaan / tanggapan dari teman juga meningkat dari 50% menjadi 79%. Suatu peningkatan prosentase yang bagi penulis dan teman sejawat yang cukup mengagetkan tetapi menggembirakan.
Sementara dari tes akhir siklus II juga menunjukkan perolehan hasil yang menggembirakan dan mencapai target yang diharapkan (93% siswa mencapai nilai minimal 70).
Tabel 4
Hasil Tes Akhir Siklus II
NO
Nama Siswa
Skor Nilai Per Butir Soal
Jumlah
1
2
3
4
5
1.
ANDI SETIAWAN
20
10
5
15
15
65
2.
ALI BAIDOWI
15
15
10
15
15
70
3.
ALIA SACHI
10
15
15
15
15
70
4.
RENIWAHANA
20
15
20
10
20
85
5.
ARIPSUSANTO
15
20
10
20
15
80
6.
ADHI PRATAMA
10
20
15
15
20
80
7.
FITRIYANI
15
15
15
15
15
75
8.
KHOIRUL UMAM
20
10
15
20
20
85
9.
LAZIMUL ARIFIN
10
15
20
20
15
80
10.
MARYANTI
20
10
20
15
15
80
11.
NABILA IZATI
20
20
20
20
10
90
12.
ALI MAS'UD
15
20
15
10
15
75
13.
NUR AHMAD KHOIRUL M.
20
10
15
20
15
80
14.
ROHMAD ALIF SYAHFIAR
10
15
15
20
10
70
JUMLAH

1085
RATA-RATA
77,5


SKM                                     : 6,5
Jumlah siswa tuntas              : 14
Rata-rata kelas                      : 1085/14 = 77,50
Prosentase ketuntasan           : 100%

Nilai akhir pada tabel di atas menggambarkan bahwa perbaikan siklus II memperlihatkan pencapaian hasil yang sangat menggembirakan, bukan saja karena perolehan nilai siswa secara individual mengalami banyak peningkatan, juga prosentase ketuntasan siswa pun banyak peningkatannya, serta kriteria ketuntasan belajar yang diharapkan bisa tercapai. Dari 14 siswa hanya satu siswa (7%) yang mendapat nilai pada batas minimal SKM dan 13 siswa (93%) mendapat nilai di atas SKM, ini berarti ketuntasan mencapai 100%.

A.        Pembahasan
Hasil akhir siklus I dan siklus II diperoleh nilai sebagai berikut :
Tabel 5
Hasil Nilai Akhir Pada Siklus I dan Siklus II
NO
Nama Siswa
Nilai
Siklus I
Siklus II
1.
ANDI SETIAWAN
55
65
2.
ALI BAIDOWI
60
70
3.
ALIA SACHI
60
70
4.
RENIWAHANA
65
85
5.
ARIP SUSANTO
50
80
6.
ADHI PRATAMA
75
80
7.
FITRIYANI
60
75
8.
KHOIRUL UMAM
60
85
9.
LAZIMUL ARIFIN
55
80
10.
MARYANTI
70
80
11.
NABILA IZATI
75
90
12.
ALI MAS'UD
65
75
13.
NUR AHMAD KHOIRUL M.
50
80
14.
ROHMAD ALIF SYAHFIAR
50
70
Jumlah
850
1085
Nilai rata-rata
60,71
77,50



Adapun grafik nilai rata-rata evaluasi siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut :



Tabel 6
Grafik Nilai Rata-rata Siklus I dan Siklus II


Berdasarkan yang disajikan di atas, perbaikan pembelajaran dalam dua siklus yang penulis laksanakan dibantu teman sejawat, menunjukkan bahwa penggunaan media gambar peta dan globe mampu meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Walaupun peningkatan dan pencapaian kriteria ketuntasan untuk setiap aspek dikaji terjadi secara bertahap dalam dua siklus.


BAB V
PENUTUP

A.    SIMPULAN
Dari hasil perbaikan yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
1.      Penggunaan media gambar peta dan globe mampu meningkatkan siswa belajar lebih aktif
2.      Penggunaan media gambar peta dan globe sangat membantu guru dalam menyampeikan suatu materi pembelajaran di kelas?
B.     SARAN
Berdasarkan hasil simpulan di atas, maka ada hal yang perlu dipertimbangkan yaitu :
1.      Guru hendaknya menggunakan alat peraga yang efektif dan efisien dalam setiap proses belajar mengajar.
2.      Guru dalam memanfaatkan media gambar yang mudah dipahami siswa
Bagi penulis lain yang berminat menggunakan media ini dapat dikembangkan lebih lanjut pada 
mata pelajaran yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Sutejo. 2009. Cara Mudah Menulis PTK. Pustaka Felicha
S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Universitas Terbuka.
Tim FKIP. 2009. Penetapan Kemampuan Profesional. Jakarta : Universitas Terbuka.
M. Toho Anggoro. 2007. Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Terbuka
I.G.A.K Wardani. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.

BUDAYA & SENI JAWA TIMUR

BUDAYA & SENI JAWA TIMUR


Sejarah Kesenian Jawa Timur

1) Zaman Peralihan

Pada seni bangunannya sudah meperlihatkan tanda – tanda gaya seni jawa timur seperti tampak pada Candi Belahan yaitu pada perubahan kaki candi yang bertingkat dan atapnya yang makin tinggi. Kemudian pada seni patungnya dudah tidak lagi memperlihatkan tradisi India, tetapi sudah diterapkan proposisi Indonesia seperti pada patung Airlangga

2) Zaman Singasari

Pada seni bangunannya sudah benar – benar meperlihatkan gaya seni Jawa Timur baik pada struktur candi maupun pada hiasannya, contohnya: candi singosari, candi kidal, dan candi jago. Seni patungnya bergaya Klasisistis yang bertolak dari gaya seni Jawa Tengah, hanya seni patung singosari lebih lebih halus pahatannya dan lebih kaya dengan hiasan contohnya patung Prajnaparamita, Bhairawa dan Ganesha.

3) Zaman Majapahit

Candi – candi Majapahit sebagian besar sudah tidak utuh lagi karena terbuat dari batu bata, perbedaan dengan candi di Jawa Tengah yang terbuat dari batu kali / andhesit peninggalan candinya: kelompok candi Penataran, Candi Bajangratu, candi Surowono, candi Triwulan dll

Budaya dan adat istiadat

Kebudayaan dan adat istiadat Suku Jawa di Jawa Timur bagian barat menerima banyak pengaruh dari Jawa Tengahan, sehingga kawasan ini dikenal sebagai Mataraman; menunjukkan bahwa kawasan tersebut dulunya merupakan daerah kekuasaan Kesultanan Mataram. Daerah tersebut meliputi eks-Karesidenan Madiun (Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan), eks-Karesidenan Kediri (Kediri, Tulungagung, Blitar, Trenggalek) dan sebagian Bojonegoro. Seperti halnya di Jawa Tengah, wayang kulit dan ketoprak cukup populer di kawasan ini. Kawasan pesisir barat Jawa Timur banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Kawasan ini mencakup wilayah Tuban, Lamongan, dan Gresik. Dahulu pesisir utara Jawa Timur merupakan daerah masuknya dan pusat perkembangan agama Islam. Lima dari sembilan anggota walisongo dimakamkan di kawasan ini. Di kawasan eks-Karesidenan Surabaya (termasuk Sidoarjo, Mojokerto, dan Jombang) dan Malang, memiliki sedikit pengaruh budaya Mataraman, mengingat kawasan ini cukup jauh dari pusat kebudayaan Jawa: Surakarta dan Yogyakarta.

Adat istiadat di kawasan Tapal Kuda banyak dipengaruhi oleh budaya Madura, mengingat besarnya populasi Suku Madura di kawasan ini. Adat istiadat masyarakat Osing merupakan perpaduan budaya Jawa, Madura, dan Bali. Sementara adat istiadat Suku Tengger banyak dipengaruhi oleh budaya Hindu.
Masyarakat desa di Jawa Timur, seperti halnya di Jawa Tengah, memiliki ikatan yang berdasarkan persahabatan dan teritorial. Berbagai upacara adat yang diselenggarakan antara lain: tingkepan (upacara usia kehamilan tujuh bulan bagi anak pertama), babaran (upacara menjelang lahirnya bayi), sepasaran (upacara setelah bayi berusia lima hari), pitonan (upacara setelah bayi berusia tujuh bulan), sunatan, pacangan.


Bahasa

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang berlaku secara nasional, namun demikian Bahasa Jawa dituturkan oleh sebagian besar Suku Jawa. Bahasa Jawa yang dituturkan di Jawa Timur memiliki beberapa dialek/logat. Di daerah Mataraman (eks-Karesidenan Madiun dan Kediri), Bahasa Jawa yang dituturkan hampir sama dengan Bahasa Jawa Tengahan (Bahasa Jawa Solo-an). Di daerah pesisir utara bagian barat (Tuban dan Bojonegoro), dialek Bahasa Jawa yang dituturkan mirip dengan yang dituturkan di daerah Blora-Rembang di Jawa Tengah.  Dialek Bahasa Jawa di bagian tengah dan timur dikenal dengan Bahasa Jawa Timuran, yang dianggap bukan Bahasa Jawa baku. Ciri khas Bahasa Jawa Timuran adalah egaliter, blak-blakan, dan seringkali mengabaikan tingkatan bahasa layaknya Bahasa Jawa Baku, sehingga bahasa ini terkesan kasar. Namun demikian, penutur bahasa ini dikenal cukup fanatik dan bangga dengan bahasanya, bahkan merasa lebih akrab. Bahasa Jawa Dialek Surabaya dikenal dengan Boso Suroboyoan. Dialek Bahasa Jawa di Malang umumnya hampir sama dengan Dialek Surabaya, hanya saja ada beberapa kata yang diucapkan terbalik, misalnya mobil diucapkan libom, dan polisi diucapkan silup; ini dikenal sebagai Boso Walikan. Saat ini Bahasa Jawa merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal yang diajarkan di sekolah-sekolah dari tingkat SD hingga SLTA. Bahasa Madura dituturkan oleh Suku Madura di Madura maupun dimanapun mereka tinggal. Bahasa Madura juga dikenal tingkatan bahasa seperti halnya Bahasa Jawa, yaitu enja-iya (bahasa kasar), engghi-enten (bahasa tengahan), dan engghi-bhunten (bahasa halus). Dialek Sumenep dipandang sebagai dialek yang paling halus, sehingga dijadikan bahasa standar yang diajarkan di sekolah. Di daerah Tapal Kuda, sebagian penduduk menuturkan dalam dua bahasa: Bahasa Jawa dan Bahasa Madura. Kawasan kepulauan di sebelah timur Pulau Madura menggunakan Bahasa Madura dengan dialek tersendiri, bahkan dalam beberapa hal tidak dimengerti oleh penutur Bahasa Madura di Pulau Madura (mutually unintellegible).
Suku Osing di Banyuwangi menuturkan Bahasa Osing. Bahasa Tengger, bahasa sehari-hari yang digunakan oleh Suku Tengger, dianggap lebih dekat dengan Bahasa Jawa Kuna.


Kesenian dan Budaya Jawa Timur

Jawa Timur memiliki sejumlah kesenian khas. Ludruk merupakan salah satu kesenian Jawa Timuran yang cukup terkenal, yakni seni panggung yang umumnya seluruh pemainnya adalah laki-laki. Berbeda dengan ketoprak yang menceritakan kehidupan istana, ludruk menceritakan kehidupan sehari-hari rakyat jelata, yang seringkali dibumbui dengan humor dan kritik sosial, dan umumnya dibuka dengan Tari Remo dan parikan. Saat ini kelompok ludruk tradisional dapat dijumpai di daerah Surabaya, Mojokerto, dan Jombang; meski keberadaannya semakin dikalahkan dengan modernisasi.

Reog yang sempat diklaim sebagai tarian dari Malaysia merupakan kesenian khas Ponorogo yang telah dipatenkan sejak tahun 2001, reog kini juga menjadi ikon kesenian Jawa Timur. Pementasan reog disertai dengan jaran kepang (kuda lumping) yang disertai unsur-unsur gaib. Seni terkenal Jawa Timur lainnya antara lain wayang kulit purwa gaya Jawa Timuran, topeng dalang di Madura, dan besutan. Di daerah Mataraman, kesenian Jawa Tengahan seperti ketoprak dan wayang kulit cukup populer. Legenda terkenal dari Jawa Timur antara lain Damarwulan dan Angling Darma.

Seni tari tradisional di Jawa Timur secara umum dapat dikelompokkan dalam gaya Jawa Tengahan, gaya Jawa Timuran, tarian Jawa gaya Osing, dan trian gaya Madura. Seni tari klasik antara lain tari gambyong, tari srimpi, tari bondan, dan kelana.

a.    Seni Tari

Tari Remong, sebuah tarian dari Surabaya yang melambangkan jiwa, kepahlawanan. Ditarikan pada waktu menyambut para tamu. Reog Ponorogo, merupakan tari daerah Jawa Timur yang menunjukkan keperkasaan, kejantanan dan kegagahan.

b.    Musik

Musik tradisional Jawa Timur hampir sama dengan musik gamelan Jawa Tengah seperti Macam laras (tangga nada) yang digunakan yaitu gamelan berlaras pelog dan berlaras slendro. Nama-nama gamelan yang ada misalnya ; gamelan kodok ngorek, gamelan munggang, gamelan sekaten, dan gamelan gede.
Kini gamelan dipergunakan untuk mengiringi bermacam acara, seperti; mengiringi pagelaran wayang kulit, wayang orang, ketoprak, tari-tarian, upacara sekaten, perkawinan, khitanan, keagaman, dan bahkan kenegaraan.Di Madura musik gamelan yang ada disebut Gamelan Sandur.

c.    Rumah adat

Bentuk bangunan Jawa Timur bagian barat (seperti di Ngawi, Madiun, Magetan, dan Ponorogo) umumnya mirip dengan bentuk bangunan Jawa Tengahan (Surakarta). Bangunan khas Jawa Timur umumnya memiliki bentuk joglo , bentuk limasan (dara gepak), bentuk srontongan (empyak setangkep).Masa kolonialisme Hindia-Belanda juga meninggalkan sejumlah bangunan kuno. Kota-kota di Jawa Timur banyak terdapat bangunan yang didirikan pada era kolonial, terutama di Surabaya dan Malang.
Jawa memiliki berbagai keindahan budaya dan seni yang terintegrasi dengan kehidupan masyarakatnya. berbagai seni tradisi dan budaya tertuang dalam karya karya pusaka masyarakat jawa seperti batik, rumah joglo, keris dan gamelan. karya pusaka seni dan budaya jawa seperti diatas sangat populer dan mendapatkan tempatnya sendiri di hati msyarakat dan wisatawan yang berkunjung ke yogyakarta. Menginginkan suasana jawa dengan rumah joglonya dapat dilakukan dengan berwisata adat dan budaya di yogyakarta. sekarang ini telah muncul banyak pilihan berwisata yang menawarkan sifat dan budaya lokal yang tercover dalam desa wisata. Anda tentunya akan dapat menikmati suasana seperti masyarakat jawa sesungguhnya karenan memang desa desawisata telah dipadukan dengan kearifan lokal yang patut anda kunjungi. Selamat berwisata ke jogja…

d.    Pakaian adat

Pakaian adat jawa timur ini disebut mantenan. pakaian ini sering digunakan saat perkawinan d masyarakat magetan jawa timur

e.    Kerajinan tangan

Macam-macam produk unggulan kerajinan anyaman bambu berupa : caping, topi, baki, kap lampu, tempat tissue, tempat buah, tempat koran serta macam-macam souvenir dari bambu lainnya. Sentra industri ini terletak di Desa Ringinagung +- 1,5 arah barat daya kota Magetan.

f.    Perkawinan

Masyarakat Jawa Timur umumnya menganut perkawinan monogami. Sebelum dilakukan lamaran, pihak laki-laki melakukan acara nako'ake (menanyakan apakah si gadis sudah memiliki calon suami), setelah itu dilakukan peningsetan (lamaran). Upacara perkawinan didahului dengan acara temu atau kepanggih. Untuk mendoakan orang yang telah meninggal, biasanya pihak keluarga melakukan kirim donga pada hari ke-1, ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, 1 tahun, dan 3 tahun setelah kematian.

      g.    Festival Bandeng

Festival Bandeng selalu digelar setiap tahun. Namun, ada yang berbeda dalam perayaan tahun ini. Kegiatan tersebut tidak dibarengi dengan acara lelang (menjual dengan harga tawar yang paling tinggi) bandeng kawak yang sudah menjadi tradisi masyarakat Sidoarjo.
Kurang biaya dan bencana lumpur Sidorjo menjadi penyebab lelang itu dihilangkan. Walaupun tidak ada lelang, kegiatan tersebut diharapkan bisa mendorong petani untuk tetap membudidayakan ikan bandeng dengan bobot tak wajar alias raksasa.
  Festival yang juga bertujuan melestarikan budaya tradisional tahunan masyarakat Sidoarjo itu diikuti empat peserta petambak di Kabupaten Sidoarjo. Peserta berlomba menunjukkan hasil tambak berupa bandeng yang paling sehat dan terbaik.

       h.  Upacara Kasada

Upacara Yadnya Kasada atau Kasada ini merupakan ritual yang dilakukan setahun sekali untuk menghormati Gunung Brahma (Bromo) yang dianggap suci oleh penduduk suku Tengger.
Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Upacara ini diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.

        i.  Parikan

Ada tiga jenis parikan di dalam ludruk pada saat bedayan (bagian awal permainan ludruk). Ketiga jenis parikan tersebut adalah lamba (parikan panjang yang berisi pesan), kecrehan (parikan pendek yang kadang-kadang berfungsi menggojlok orang) dan dangdutan (pantun yang bisa berisi kisah-kisah kocak).

       j.  Ketoprak

Ketoprak adalah sejenis seni pentas yang berasal dari Jawa. Dalam sebuah pentasan ketoprak, sandiwara yang diselingi dengan lagu-lagu Jawa, yang diiringi dengan gamelan disajikan.
Tema cerita dalam sebuah pertunjukan ketoprak bermacam-macam. Biasanya diambil dari cerita legenda atau sejarah Jawa. Banyak pula diambil cerita dari luar negeri. Tetapi tema cerita tidak pernah diambil dari repertoar cerita epos (wiracarita): Ramayana dan Mahabharata. Sebab nanti pertunjukkan bukan ketoprak lagi melainkan menjadi pertunjukan wayang orang.

       k.  Reog Ponorogo

Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur, khususnya kota Ponorogo. Tak hanya topeng kepala singa saja yang menjadi perangkat wajib kesenian ini. Tapi juga sosok warok dan gemblak yang menjadi bagian dari kesenian Reog.
Di Indonesia, Reog adalah salah satu budaya daerah yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan.
Seni Reog Ponorogo ini terdiri dari 2 sampai 3 tarian pembuka. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani.
Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisional, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang. Eits, tarian ini berbeda dengan tari kuda lumping. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu.
Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar.
Adegan terakhir adalah singa barong. Seorang penari memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak.

        l.  Karapan Sapi

Karapan sapi adalah pacuan sapi khas dari Pulau Madura. Dengan menarik sebentuk kereta, dua ekor sapi berlomba dengan diiringi oleh gamelan Madura yang disebut saronen.
Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain.

Sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur

Sunday, July 6, 2014

Tugas Kesenian Tari Jawa Timur

Tugas Kesenian Tari Jawa Timur



REGENERASI PENARI WAYANG TOPENG SANGGAR ASMORO BANGUN

KEDUNGMONGGO-MALANG

Terjawab atas perlunya regenerasi penari wayang topeng di lingkungan sanggar Asmorobangun- di desa Kedungmonggo- kecamatan Pakisaji-Kabupaten Malang, Suroso dan Handoyo telah berhasil melakukan regenerasi penari. Dimas Bagus (nampak dalam foto) adalah salah satu putra dari Suroso (cucu mbah Karimun dari anaknya bernama Taslan)yang telah dapat menarikan beberapa tarian yang ada pada wayang topeng Kedungmonggo. Disamping Dimas Bagus masih ada beberapa penari lainnya yang dapat menarikan tari topeng Kedungmonggo dengan baik, disamping adik-adik Bagus (anak Suroso) juga para putri dari Handoyo (adik Suroso)dan para putra tetangga yang bersedia belajar menari. Anak-anak yang dihimpun untuk belajar menari sejak anak-anak (masih sekolah di Sekolah Dasar) tersebut kini sudah menjadi pria dewasa yang rata-rata telah duduk di bangku SMA (sekolah menengah atas / sekolah menengah kejuruan). Bagus bejalar menari dari ayahnya sendiri (Suroso) dan dibimbing juga oleh pamannya (Handoyo) sejak anak-anak (belum sekolah), kini ya telah dapat menarikan beberapa tarian baku yang ada pada wayang topeng Kedungmonggo, antara lain tari Klana Sabrang (Klana Sewandana, Klana Bapang, grebeg sabrang), Klana Jawa (Gunungsari, Panji Asmorobangun, grebeg jawa). 

Biodata Dan Biografi Ir. Soekarno

Biodata Dan Biografi Ir. Soekarno
 
Biografi Ir. Soekarno 

Siapa yang tak kenal dengan Tokoh yang kali ini kami hadirkan profil lengkapnya, yaitu Biografi Ir. Soekarno. Beliau adalah salah satu tokoh terkenal di Dunia, siapa yang tak kenal dengan Presiden Pertama Indonesia ini, karna itulah kami menghadirkan profil, biodata dan Biografi Soekarno, dilengkapi dengan Perjalanan Karir Beliau.
 Profil - Ir. Soekarno (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – wafat di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 – 1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah penggali Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.

Soekarno dilahirkan dengan nama Kusno Sosrodihardjo. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo, seorang guru di Surabaya, Jawa. Ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai berasal dari Buleleng, Bali. Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya di Tulungagung, Jawa Timur. Pada usia 14 tahun, seorang kawan bapaknya yang bernama Oemar Said Tjokroaminoto mengajak Soekarno tinggal di Surabaya dan disekolahkan ke Hoogere Burger School (H.B.S.) di sana sambil mengaji di tempat Tjokroaminoto. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu. Soekarno kemudian bergabung dengan organisasi Jong Java (Pemuda Jawa).
Tamat H.B.S. tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang ITB) di Bandung, dan tamat pada tahun 1925. Saat di Bandung, Soekarno berinteraksi dengan Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.

Biodata

Nama Lengkap   : Soekarno

Alias                   : Bung Karno | Pak Karno

Profesi                : -

Agama                : Islam

Tempat Lahir      : Surabaya, Jawa Timur

Tanggal Lahir      : Kamis, 6 Juni 1901

Zodiac                : Gemini

Warga Negara    : Indonesia

Ayah                  : Raden Soekemi Sosrodihardjo

Anak                  : Megawati Soekarnoputri, Mohammad Guruh Irianto Soekarnoputra, Guntur
                            Soekarnoputra, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Taufan 
                            Soekarnoputra , Bayu Soekarnoputra, Totok Suryawan, Kartika Sari Dewi 
                            Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri

Ibu                     : Ida Ayu Nyoman Rai

Istri                    : Oetari, Inggit Garnasih, Fatmawati, Kartini Manoppo, Ratna Sari Dewi, Haryati,  
                            Yurike Sanger, Heldy Djafar, Fatmawati Soekarno

           Demikianlah Profil Ir Soekarno yang bisa saya posting. jika ada kekurangan kata atau kelebihan kata saya mohon maaf...
           Wassalam......

TUGAS MEMBUAT MAKALAH PAI ( Perkembangan Islam pada Abad Petengahan )

 TUGAS MEMBUAT MAKALAH PAI ( Perkembangan Islam pada AbadPetengahan )
 Masa ini terentang sejak hancurnya kota Bagdad pada tahun 1258 M hingga pertengahan abad ke - 18 M.pada masa kini umat Islam khususnya di wilayah jazirah Arab yang mengalami 3 fase yang dengan berdirinya kesultanan - kesultanan besar Islam dan terakhir fase kemunduran kesultanan besar pada masa ini, Eropa Kristen Andaluasia (Spanyol), bahkan mereka berhasil melampaui pencapaian kaum muslimin.


Download Dokumen Makalah Perkembangan Islam Pada Abad Pertengahan Silahkan Disini..

   Semoga Bermanfaat.... 

Tugas Sekolah LAPORAN TUGAS PKN

Tugas Sekolah LAPORAN TUGAS PKN

Di bawah ini adalah Contoh Makalah Tugas PKN...


Download dokumen contoh Makalah Tugas Pkn Disini...

      Jangan lupa likenya sob.. terima kasih...